Kegiatan traktir-mentraktir secara sadar maupun tak sadar sebenarnya sering kita lakukan. Perhatikan saja, biasanya kalau sedang di kantin kantor atau bertemu teman di mal, kita tak segan membayar minuman sang teman. Meskipun nilainya mungkin tak seberapa, hal itu juga termasuk mentraktir.
Bicara soal traktiran, psikolog Fredrick Dermawan Purba, MPsi, sepakat bahwa kegiatan tersebut memang umum dilakukan. Biasanya, hal itu terjadi pada suasana khusus yang positif di mana seseorang yang mengalaminya merasa senang dan bahagia, sehingga muncul keinginan untuk bersyukur atau berterima kasih."Karena merasa mendapat sesuatu yang positif, biasanya seseorang terpicu untuk bersyukur pada Tuhan atas keadaan tersebut, dan berterima kasih kepada orang-orang di sekelilingnya yang mendukungnya. Salah satu bentuk ucapan syukur dan rasa terima kasih itu diwujudkan dengan cara mentraktir," ujar staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ini.Namun menurut Jeki, demikian ia biasa disapa, karena seringnya momen istimewa dirayakan dengan mentraktir orang lain, lama-kelamaan hal tersebut seperti menjadi sebuah keharusan dan kewajiban. Bahkan, orang-orang kemudian dengan sengaja minta ditraktir. Wajar atau tidak, menurut Jeki, sifatnya sangat relatif.
"Bisa dibilang wajar, bisa dibilang tidak. Sangat tergantung pada orang yang meminta traktiran tersebut. Kalau memang teman dekat atau orang yang benar-benar berjasa, saya pikir wajar saja minta traktiran," ujarnya.
Ia menambahkan, kalau orang yang minta ditraktir hubungannya kurang akrab atau biasa-biasa saja, itu tidak wajar. "Yang penting yang minta ditraktir tahu diri saja," tuturnya.
Selain tahu diri, sebaiknya seseorang juga mempertimbangkan cara penyampaian saat meminta ditraktir. Sebaiknya permintaan itu disampaikan dengan cara bercanda. Saat orang yang diminta tidak merespons atau bahkan menolak, sebaiknya ia berhenti meminta atau tidak memaksa karena akan membuat suasana menjadi tidak menyenangkan bagi kedua belah pihak.
Pada dasarnya, kegiatan traktir-mentraktir adalah hal yang positif, sehingga masih terus dilakukan banyak orang hingga sekarang. Hanya saja, kita perlu menyadari bahwa titik berat kegiatan ini adalah pada kesadaran dan kerelaan si empunya momen. Jika ia tidak berkenan, semua orang wajib menghormatinya.
Untuk yang mentraktir, Jeki berpesan agar tidak memaksakan keadaan. Hal utama yang harus dipertimbangkan adalah soal keuangan. Mentraktir membutuhkan uang, dan kadang jumlahnya tak sedikit. Jadi, jika memang tidak memungkinkan atau tidak ada dana, sebaiknya tidak perlu melakukannya. Atau jika dananya terbatas, adakan saja secara sederhana.
Mentraktir orang lain harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kerelaan. Yang perlu diingat, traktir-mentraktir ini bukanlah suatu kewajiban. Jadi orang lain tak berhak menghakimi orang yang tak mau mentraktir.
"Tak perlu memikirkan apa kata orang jika tidak mentraktir. Itu tidak akan memengaruhi hubungan personal. Tapi jika memang mampu dan memungkinkan, kenapa tidak? Pada dasarnya Anda bersyukur, berterima kasih dan berbagi kebahagiaan.
Dengan mentraktir, berarti Anda memberi kebahagiaan juga pada orang lain dan itu akan membuat kebahagiaan Anda bertambah besar," tuturnya.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan jika ingin mentraktir:
Sebelum mentraktir
* Kondisi keuangan.
* Niat dan alasan melakukannya.
* Bentuk traktirannya dan orang-orang yang akan terlibat.
Jika minta ditraktir
* Seberapa besar peran kita. Kita harus tahu diri.
* Alasan untuk minta ditraktir.
* Suasana hati orang tersebut. Ungkapkan keinginan ditraktir dengan cara bercanda atau lewat kata-kata sopan. Jangan memaksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar